Rabu, 30 Desember 2009

baca perjuangan gua nyari IKM


CUTI . . . dalam pikiran gua adalah . . . IKM . . . IKM . . . IKM . . . sampe kebawa mimpi, sampai gua mau makan, mau molor, nonton tv, mau mandi, mau ngenet pun gua pasti ingat sama IKM. everythink is IKM. 100% IKM. aaaaarrgggghhh . . . IKM . . . yeah . . .

gua gila IKM. kemarin gua udah nekat ke dinas kependudukan. buat apa???? bikin KTP? bikin KK? bikin surat nikah? (?????) ya, gua nyari IKM dinas kependudukan. dengan tampang bodohnya gua nyari IKM di sana . . . dan ternyata, seperti yang gua blang kemarin, bro . . . ternyata dinas sekaliber dinas kependudukan . . . kagak punya IKM. ape kate dunie . . .??? (caelaaahhh . . .) gak habis pikir, dah gua. mau jadi apa kabupaten tercinta gua. entar kalau seandainya gua bisa jadi orang vokal di kota gua . . . gua harus coba bikin SOP selanjutnya bikin IKM. biar para mahasiswa yang bernasib sama kayak gua (sama-sama nyari IKM) gak stressss . . . kayak gua.

dinas kependudukan udah cut. gak punya IKM. hari ini gua dengan PDnya nyosor ke Dinas kesehatan. yang ada dalam sel-sel saraf otak gua adalah . . . dinas kesehatan gua pasti punya IKM. gua udah optimis banget . . . gua udah positif banget jadi orang . . . dan gua udah berharap hidup dan mati sama dinas kesehatan. nah, pas gua tanyain . . . ternyata mereka juga gak punya.

waw . . . jadi yang bisa gua bawa ke kampus apa??? kacang nagara? dodol kandangan? (plis . . . itu semua udah gua packing tadi malam, boz) dengan demikian . . . gua cuma bisa bilang sama dosen gua . . . maaf, Pak. Kayaknya Kabupaten saya harus diadakan DIKLAT membuat SOP dan diklat membuat IKM, pAK. apakah Bapak bersedia menjadi panitianya, pa? hhhmm, maksud saya . . . apakah bapak bersedia menjadi nara sumbernya, Pak???

jadi kesimpulannya . . . makalah gua gak ada lampiran IKM. seadanya, lah. dengan harapan kerja keras gua bisa berbuah nilai A.
amiiinnn . . .

Minggu, 27 Desember 2009

dosen gua care banget . . .


libuuuuurrrrr . . . . libur, euy. biar libur tapi gua tetap lembur, man. secara gua orangnya emang selalu sibuk . . . gua eksis, jek . . . gua punya bejibun aktivitas . . . gua orang penting yang selalu dicari-cari (orang ilang kale gua) hehehe . . . becanda, bozzz.

jadi, nih ceritanya gua lagi ngerjain tugas kuliah. nah, dosen gua, nih ternyata emang peduli banget sama para mahasiswanya. terlebih lagi nih, dosen peduli banget dengan proses tumbuh kembang para mahasiswanya. dosen satu ini gak mau lihat anak-anak didikannya gak produktif selama liburan. yaaahhh . . . alasannya cukup logis, logistik banget. (???) tapi ya pada intinya, seh gitu . . . nih, dosen gak mau lihat para mahasiswanya nganggur pas libur . . . gak mau lihat para mahasiswanya nyantai pas libur . . . pokoknya, mah secara garis besar dosen gua yang satu ini gak pengen anak-anak hasil binaannya ngedrop dalam belajar.

selama liburan harus ada yang dikerjain. dosen mikirnya gene . . . neraka sugra kalau sampai, nih para mahasiswa gak dikasih tugas liburan. bisa-bisa entar pas balik ke kampus, otak-otak yang selama ini menjadi aset terpenting dalam hidup mahasiswa-mahasiswa itu menjadi kosong . . . ak ada isinya. kecewa banget, kan tuh dosen??? ini adalah kekhawatiran seorang dosen yang sangat wajar terjadi kepada para mahasiswanya. tapi ada sebagian mahasiswa yang nggak ngeh dengan perhatian dosen tersebut. jadi bawaannya dongkooooolllll . . . selalu. dikasih tugas . . . ngedhuummmeeellll habis-habisan. ckckck . . . realita mahasiswa n rock n roll . . .

pokoknya, mah pada intinya tuh, otak para mahasiswa jangan ampe kering. harus tetap dikasih pelumas biar lancar. biar pas balik ngampus . . . para dosen gak nemuin kegoblokan serta kebodohan dan juga ketololan . . . sebagai oleh-oleh dari para mahasiswanya.

nah, kita kembali ke tugas gua tadi. awalnya gua juga gak terima. sangat menentang. masa orang lagi libur . . . dikasih tugas seabrek??? gak lazim banget. tapi setelah dipikir-pikir . . . direnungkan . . . dicermati secara dalam . . . baru gua nyadar . . . ternyata itu biar otak gua yang jadi aset penting buat masa depan gua ntar, gak balik bodoh n goblok kayak dulu lagi (hahaha). trus, jek . . . gua nyari-nyari IKM kota gua. karena itu salah satu tugas dari dosen gua. gua, tuh udah cari ke berbagai jenis dinas yang ada di kota gua. dan kenyataan pahit yang gua terima selama menjalankan misi penting tersebut adalah . . . ternyata, kota tempat gua dibikin dan dilahirin ini . . . kota tempat gua dididik dan dibina ini . . . kota jiwa raga gua ini . . . gak punya IKM.

dengan PDnya gua ngelakuin klarifikasi ke kepala bidang dinas kependudukan dan catatan sipil. di situ gua nemuin fakta yang lebih menyakitkan lagi, yaitu . . . pengakuan dari beliau bahwa . . . Barabai gakpunya IKM . . . karena belum punya SOP. NAH, LHO??? tau SOP gak??? yang jelas ini bukan sejenis makanan berkuah yang cocok dimakan pas lagi cuaca dingin . . . kepanjangannya adalah Standar Operasional Prosedur. jadi . . . karena gak punya standar, maka otomatis juga kagak punya indeks dalam bentuk angka . . . ( K E C E W A )

gak ada yang bisa gua bawa ke kampus. selalin jenis perizinan dan dasar hukum. IKM . . . gak bisa. tapi gak apalah. gua bakal berusaha seobjektif mungkin bilang ke dosen gua . . . bahwa seperti inilah adanya kota gua. kagak punya IKM. titik . . .

BTW, tulisan gua kali ini sok-sok edukatif githu, yach . . . tak apa lah. sekali-kali, kan??? sekali-kali gua juga perlu ngasih sedikit nuansa pendidikan di blogg gua. jangan cuma asal nulis doang gak ada manfaatnya. biar yang ngebaca juga dapat ilmu baru gethoooo . . . biar pas buka internet gak asal download sana download sini . . . eksplor sana eksplor sini . . . serong sana serong sini . . . hehehe

peace.

Minggu, 29 November 2009

pagi yang lapaaaarrrr . . .





yeeeeaaaahhhh . . . fresh! berasa kaya hidup kembali. gua kemarin sabtu baru aja dari joging track yang lokasinya di belakang kampus gua, kampus Manglayang. tepatnya . . . di lembah Manglayang. pagi-pagi gua kabur dari barak. pake training. lupa bawa kamera. saking semangatnya, tuh gua. duit juga lupa gua bawa. yang ada di joging track gua kelaparan. (haa . . .) pemandangannya elok nian . . .
oke banget buat yang stres karena tuntutan gedung-gedung pencakar langit. terutama bagi orang-orang yang pernah dicakar ama gedung (hue . . . he he). sejuk banget suasananya . . . adem. ada bukit-bukit gitu, lah. ya udah gua naik ke bukit. ketemu sama ibu-ibu plus bapak-bapak yang sedang merajut kasih . . . (halah . . . lebay dot cooommmm) mereka sedang merajut pagi dengan aktivitas mereka sebagai manusia-manusia yang produktiv . . . caelaaahhh.
terus, nih . . . ada buah nangka yang sedang matang. lokasinya di belakang barak. tapi di luar pagar. pengen manjat. tapi ada petugas satpol PP. ya, udah. lewaaatttt . . . selanjutnya, tuh masih kebayang buah nangka tadi. kebayang terus . . . ya, gua balik lagi ke tempat tadi. gila . . . satpol PPnya gak beranjak juga dari posnya. bheeettthhheeee . . . curiga gua, tuh satpol PP juga ngincar, tuh nangka. tapi lihat-lihat sikon sampai aman . . . sampai gua benar-benar pergi. ya, udah . . . ngalah, dah gua. emang belum rezeki kale, ya . . .
kan, ceritanya gua belum makan, tuh . . . gua ke KSA. biasanya disono ada yang jualan siomay . . . minimal eskrim, lah . . . minimal ada yang bisa gua makan dan yang gua makan itu yang logis . . . bukannya akar-akaran dan daun-daunan. tapi . . . gua kepagian kayaknya. hasilnya nggak ada satu pun Aa-aa atau teteh-teteh yang jualan di sana. hasilnya lagi . . . gua kelaparan. huuuuhuuuuhuuuu . . . .
malang ada di Jatim . . . oh, maksud gua . . . malang nian nasib gua. akhirnya gua pulang ke barak dengan harapan masih ada beberapa buah mangga yang setengah matang di depan barak. amiinnn . . .
nyampe di barak . . . sepi. yang lain dah pada keluar. hanya tersisa beberapa penghuni saja. mangga muda pun gua juga udah lupa. jadinya gua nyeduh energen. jadi, tuh pagi gak ada acara makan nasi. tetap laper . . .

Kamis, 12 November 2009

UTS . . . Ujian Tidak Serius

UTS . . . UTS . . . UTS . . .
ujian tidak serius. hehe . . . bcanda, bos. tapi emang bener, neh . . . di kampus gua lagi musim-musimnya UTS. puyeng semua . . . terutama yang belum pada ngumpulin tugas, terkhusus lagi pada mereka yang suka menunda-nunda buat ngerjain tugas. waaahhh . . . streeeeessss abiiisss. siapa suruh lelet juga?
sekarang gua lagi persiapan menghadapi UTS. harapan gua . . . gua bisa memperoleh IPK yang jauh lebih baik dari yang kemarin. amiiiinnnn . . . yang kemarin dah cukup ok. gua pengen bisa lebih meningkatkan lagi.
jadi dari hari ini . . . berjuang belajar. berusaha nggak males-malesan . . . demi hasil yang terbaik. gua minta doanya ya kawan-kawan . . . moga hasilnya memuaskan dan gua nggak tidur pas ngerjain soal entar. amiiiinnn . . .
berhubung gua mau persiapan UTS, makanya gua nggak mau terlalu banyak nulis. jadi ampe di sini aja kali, ya . . .
makasih atas doanya.

Minggu, 11 Oktober 2009

ada celah


Akhirnya bisa nulis lagi . . . setelah sekian lama nggak bisa OL . . . nggak bisa ngeblogg . . . nggak bisa jalan-jalan . . . (sebenarnya, sih bisa . . . tapi cuma dari barat ke timur, utara ke selatan . . . nggak jelas, lah pokoknya) sekarang gua lagi browsing gratisan di perpus kampus gua. mantab . . . nggak terlalu lola. walaupun nggak secepat warnet yang sejam 4 ribu perak, tuh. alhamdulillah. kuliah gua . . . tetap kayak dulu . . . sering ketiduran di kelas. emang kelas gua kebanyakan demitnya kale, makanya bawaannya pengen tidur terus. atau jangan-jangan emang guanya aja yang jarang ingat buat ngebaca doa sebelum belajar . . . jadinya para setan hobi banget ngecengin gua kuliah.

ada kabar buruk, ding. nggak buruk-buruk amat . . . tapi . . . buat gua ini lebih buruk dan . . . malu-maluin. gua lagi pilek. bawaannya pengen narik nafas secara normal. tapi hidung gua tersumbat. kayak ada benda . . . unsur . . . material . . . apalah namanya yang mengganggu pernafasan gua yang sistemnya agak rusak, neh. kalau mau narik nafas . . . pasti bunyinya aneh. apalagi pas apel. pas apel, kan biasanya hening . . . mencekam . . . khusyu . . . hikmad (walaupun anak-anak pada dongkol gara-gara apel yang waktunya lama) tiba-tiba jadi nggak khusyu lagi, cuma gara-gara hidung gua terus meler . . . dan berusaha mendobrak dinding-dinding hidung untuk segera mengeluarkan cairan . . . makanya, lebih gua telan tuh cairan dari pada harus menanggung malu pas apel.

apalagi kalau di dekat dosen . . . pengasuh . . . menghadap jadi nggak konsen. konsennya pasti ke hidung gua yang gua takutin bisa mengeluarkan cairan terkutuk secara tiba-tiba. aiiihhh . . . jijai abbiiiisss . . . gua nggak rela kalau sampai itu keluar. bisa-bisa harkat dan martabat gua bakal turun sejengkal demi sejengkal sampai . . . gua rata sama tanah (ai . . . sadis). saat gua lagi nulis blogg ini, pun . . . gua udah ratusan kali menahan meler gua. demi keselamatan seluruh penghuni perpustakaan dan penggemar setia ngenet gratisan di perpus. jangan sampai mereka pada kabur hanya karena gua yang melernya udah terlampau parah.

terus . . . tidur juga nggak nyenyak. karena lagi ngebayangin . . . ngebayangin hidung gua kapan sembuh dari meler. dan kapan ada yang tertular sama meler gua . . . (hehe . . . becanda bos) separah-parahnya penyakit meler gua . . . gua nggak pengen nularinnya ke orang laen. tapi kalau seandainya tertular juga . . . yaaaa, itu bukan urusan gua lagi. dari gua sendiri nggak ada usaha buat berobat (jiaaahhh . . . sombooooonnggg) bukan gitu, Jeng. berdasarkan pengalaman gua . . . penyakit meler gua bakal sembuh sendirinya . . . seiring dengan berjalannya aktivitas. mungkin ini terlalu optimis . . . tapi, gua emang malas berobat. selain polikliniknya jauh . . . juga karena . . . maleeeessss.

so, biarin aja Jatinangor yang nyembuhin meler gua. Jatinangor dijadiin obat aja. lumayan gua bisa ngirit ongkos ke rumah sakit. gua nggak mau repot.

hari ini nggak ada kuliah. padahal, kan biasanya kalau hari senin selalu identik dengan kehebohan dari sejak pagi hari. dilanjutkan dengan banykanya kegiatan. belum lagi sial-sial yang berdatangan. diomelin ke sana-kemari. ketegangan. tapi kalau ngantuk, mah . . . tetep. nggak pandang nih, hari lagi hari senin . . . rabu . . . minggu . . . ngantuk emang always atay tune. yang stealing-stealing . . . semuanya serba cepat. kejar-kejaran sama waktu. berkeringat . . . dingin maupun panas . . . capek, dah. tapi hari senin yang ini beda. malah bisa ngeblogg. browsing ngerjain tugas. bisa mantul juga kayaknya. tapi nggak, deh. sekarang udah semester 3, kudu tobat. kudu tambah rajin. jangan keseringan mantul. harus ada perubahan. tapi yang lebih pentiung . . . tetap semangat menjalani kerasnya hari (taelaahhh)

anggap aja diri ini udah beruntung bisa ada di sini. kendati sering ketiban sial . . . tapi yang penting dibawa seneng aja. ikutin apa yang ada. ikuti arus. ikuti aturan. mau dongkol . . . dongkol aja . . . terserah . . . tapi yang namanya kewajiban . . . tugas . . . harus dikerjakan. ikhlas atau nggak . . . itu urusan laen. tapi kalau bisa, seh ikhlas . . . biar nggak sia-sia, geto. paling nggak . . . bismillah . . . insya Allah . . . hari-hari akan berjalan sesuai dengan rencana. semuanya . . . ammmiiinnn . . .

ngebloggnya nggak usah terlalu banyak dulu. karena tugas-tugas kuliah menanti. dosen juga menanti, pengasuhan apalagi, bed juga menanti. oooohhh . . . peraturan yang makin ketat jangan dibawa berat. tenang aja . . . yang berat . . . pasti lewat. semangat!

Senin, 21 September 2009

SMS Lebaran (ternyata gua seleb)


Allahu akbar . . . Allahhu akbar . . . Allahu akbar . . . laillahaillallah . . . huawallahu akbar.
Allahu akbar . . . walillah ilham.

Alhamdulillah . . . gua masih dikasih umur oleh Allah untuk menikmati lebaran seutuhnya. nikmatNya yang nggak putus-putus buat gua dan keluarga gua dan buat semesta yang megah ini. Grrrreeeaatttt . . .

Kalau buat gua . . . lebaran gua dari tahun ke tahun selalu beda. Dulu . . .??? hhmmm . . . yang sekarang aja, yach. Sekarang . . . di lebaran kale ini gua agak gemukan dikit . . . agak putih dikit. Dddiiiikkkiiiiitttt . . . banghet! Rambut gua agak gondrongan dikit. Di rumah gua tahun ini gak ada acara bikin-bikin kue kering atau ketupat. Biasanya gua yang selalu nagih ke Nyokap sama Nenek gua. Tapi gua lumayan sibuk . . . takutnya entar gua sok-sokan nagih tapi nggak ikut bantuin bikin . . . salah juga, kan. Ya udah kita sepakat beli kue alakadarnya. Lagian gua juga bentar lagi bakal balik ke kampung gua yang ke dua setelah Barabai (Kalsel), yaitu Jatinangor (Jabar). Teruuuuussss . . . tahun ini gua punya laptop (hehe) . . . masih jomblo (hahaha) . . . udah bisa ngurangin jaim pas kumpul-kumpul keluarga besar . . . maksudnya . . . kalau lihat kue enak, gua nggak mau capek-capek nunggu sampe family gua pada bubar, pasti gua langsung embat.

Yang nggak berubah dari lebaran kemarin . . . dapat SMS yang bejibun. Rata-rata isinya sama. Pada ngucapin met lebaran. (biasalah . . . seleb kayak gua emang punya banyak fans geto, lokh). Gaya ngucapinnya juga machem-machem. Nah . . . ini dia fenomena yang mau gua bahas. Tadi, kan gua bilang stylenya macam-macam. Misalnya kayak gene:

1 dtk
1 mnt
1 jam
1 hr
1 mgu
1 bln
1 thn
Tak terasa sudh sampai
Dhr ii jg . . .
Cma 1 xmnt yg mw fa sampaikan
Sblm dosa br + sblm maaf br – sblm hti br : sblm tgl 25

Met idul fitri . . .
Mohon maf lahr bthn

Mpe jumpa dkmpuz
n_n

sms yang ini dari temen gua yang dari Cimahi. Orangnya tinggi . . . paling jangkung. Gua pernah dikira kembar sama dia. Sama-sama tinggi . . . sama-sama agak item juga. (hahahay). Orangnya paling heboh. Teman satu unit gua. Suka nyeritain hubungannya sama pacarnya ke gua. (bikin ngiri juga, seh). Sms dia yang matematis ini adalah sms pertama yang mendarat dengan selamat ke hp butut gua. Mata gua sampai mau belo (emang udah belo, kale . . .) pas ngebaca sms dari dia. Gua pikir . . . nih, apaan??? Daftar belanja lebaran punya Nyokapnya apa yang dia kirim ke gua??? Terus gua disuruh bantuin beliin gitu??? (huahuahe). Belum lagi ada unsur eksaknya segala lagi. Tau aja kalau gua doyan eksak (tapi sukanya pada bagian pengurangan, penambahan, pembagian . . .). pas gua baca ucapan met idul fitri . . . baru gua lega. Oooohhhh . . . ternyata nih, si Eneng ngucapin met lebaran sama gua. Terus . . . ada kalimat “mpe jumpa di kampus” gua terharu banget . . . berarti kehadiran gua di kampus Jatinangor emang bener-bener diharapkan. Jadinya gua tambah semangat buat segera mudik ke kampus gua (haha). Nih, sms kalau gua bilang, seh . . . sebangsa sms kontemporer. Pernah dengar puisi kontemporer nggak? Puisi kontemporer itu . . . puisi yang nggak lazim. Nggak kayak puisi-puisi pada umumnya. Puisi ini emang agak aneh. Bahkan ada puisi jenis ini yang isinya cuma: “ha ha” judulnya gua lupa. Nah, sms juga ada yang kontemporer. Kayak smsnya si Ulfa, neh. Nggak lazim. Tapi isinya sampe, dan bisa dipahami.

Sms yang laen, nih tak kasih:

Selalu ada harapan dalam keyakinan, selalu ada keteguhan dalam kesabaran, selalu ada hikmah dalam kesyukuran, n selalu ada doa dalam ukhuwah. Untuk cinta yang tak pernah lelah menuju kesempurnaan . . .
Mata kadang salah memandang, mulut kadang salah mengucap, n hati kadang salah berprasangka. Di jelang hari yang fitri ini mari kitasaling memaafkan. Selamat idul fitri, mohon maaf lahir batin. Semoga Allah slalu mempersaudarakan kita selama di dunia n mempertemukan kita di jannahNya. Amiinn. Tiah dan keluarga.

Ini dari kenalan gua. Sama-sama hobi nongkrong di perpus. Sama-sama suka ngenet. Orangnya alim. Murah senyum. Friendly (kayak gua). Ngelihatnya sejuk. Smsnya juga sejuk dibaca (kulkas apa???). Ngebacanya bikin gua kayak batere yang baru di charge. Dapat semangat lagi. Tergugah lagi untuk hidup lebih baek. Smsnya, sih nggak bisa dibilang puitis . . . tapi lebih kepada penggugah atau pencerah jiwa. Karena pemakaian kata-kata masih menggunakan kata-kata denotasi. Nggak pake majas, getho. Tapi seperti yang gua bilang tadi. Isinya penuh hikmah.

Sms yang puitis . . . mungkin yang dari temen gua yang dari Jateng, neh. Mbk Fatma:

Kubangan nista melumuri tiap tapak jejakku . . . menjadi relief dosa tanpa lis figura . . . saat jalanku tertuju pada ramadhan Mub . . .
Ya Robb masihkah air suciMu . . . lunturkan sketsa noda & celaku . . . saudaraku hapuslah khilafku dgn maafmu menjelang hari fitri ini . . .
Selamat idul fitri 1430 H.
Fatma & keluarga

Ada majas personifikasi . . . perumpamaan . . . (jujur . . . gua udah lupa sama pelajaran sastra pas SMA). Begitulah . . . gua terkagum-kagum bacanya. Aaajjjiiibbbb . . .! kata-katanya indah. Itu baru namanya puitis. Pake majas-majas. Konotasi juga. Mudah dikenali, lah pada intinya. Pas banget, sih sama si Mbk Fatmanya yang orangnya ramah, lemah lembut, jarang . . . hampir nggak pernah . . . kayaknya . . . dia nggak pernah marah, deh. Orangnya emang baek banget. Jateng punya, euy. (hehe). Tapi bukan berarti puisi cuma punya orang ramah, ye. Orang sarkas juga bisa bikin puisi.

Sms laennya . . . check it out, man!

Asmlkm
Banyak bangd salah saya ke anda2 smw.
Mka dr itu saya ingin mengucapkan mhn mav lahr & bthn
Selamat hari raya idul fitri 1430 H.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih


“olive”

Hhhmmm . . . praja banget, neh. Strukturnya kayak surat-surat kantoran gitu. kayaknya, nih cewek merhatiin banget dengan tata cara nulis surat yang baik n benar ala EYD. Bahasanya juga bahasa yang sebenar-benarnya. Simple tapi tepat sasaran. Nggak bikin pembacanya pusing. Tapi gua agak kaget juga, seh. Soalnya Olive yang gua kenal, tuh orangnya cuek banget. Ngomongya gua-elo gitu, nah. From Lampung. Tapi kali ini dia kasih sms pakai kata SAYA. Tapi isi sms yang nggak ribet . . . tetap mencerminkan the real Olive yang gua kenal. Simple. Ada lagi, neh . . . cewek satu ini suka sama hal-hal yang berbau Jepang. Sampai pas dia nyanyi . . . suara dia kok, juga mirip penyanyi OST kartun-kartun Jepang???

Yang ngirimin gua pantun:

Tari zapin rentak melayu, rentak langkah hitung delapan
Hari raya di ambang pintu. Hilaf dan salah mohon di maafkan.
Met idul fi3 1430 H.

Ada lagi banyak pantun yang dikirim. Yang ngirim dua-duanya orang Banten. Apa orang Banten selain Debus . . . juga suka pantun apa, ya??? Yang jelas, pantun adalah puisi Indonesia asli. Dua orang ini adalah generasi muda yang masih mau melestarikan budaya Indonesia. salut buat Teteh.

Ada juga sms dari temen SMA gua yang sekarang kuliah di UPI Bandung. Smsnya gua lupa. Kehapus gua. Pokoknya . . . dia gunain layanan lebaran Indosat. Jadi kurang lebih isinya gini:

. . . . . . teman anda yang bernama Ibnu Sina SAM yang merupakan pelanggan Indosat meminta anda untuk memaafkan kesalahannya. Selamat idul fitri 1430 H. Mohon maaf lahir bathin. . . .

Pas ngebaca, nih sms . . . gua pengen banget balikin sms ini ke dia. Dialihkan, gitu lah. Tinggal gua ganti nama dia jadi nama gua. Lagian gua juga pakai Indosat. Jadi nggak papa kayaknya. Paling gua edit-edit dikit. Jadi modelnya kayak gene:

. . . . . teman anda yang bernama Normasari yang juga pelanggan setia Indosat meminta anda untuk memaafkan kesalahannya. Selain itu dia juga meminta anda untuk mengirimkan sejumlah kue lebaran ke rumahnya. Akan lebih baek lagi kalau anda mengirimkan ketupat plus opor ayam ke rumahnya juga. Kalau yang ada cuma lontong juga nggak apa, lah. Selamat idul fitri 1430 H. Mohon maaf lahir bathin. Jangan lupa sama pesanan teman anda itu, yach. Akan lebih afdhol lagi kalau anda mengirimkan pulsa ke nomor teman anda ini.

Tapi nggak jadi . . . pulsa gua udah benar-benar kosong. (niat buruk emang slalu ada halangannya . . . hahaha)

Sebenarnya banyak lagi sms yang bernada sama dan tentu saja dengan berbagai style yang nunjukkin karakter mereka masing-masing. Hp gua ampe penuh sama sms-sms dari mereka. Pas itu gua mikir. Lebaran, neh berkah banget buat para tukang isi pulsa. Rezeki mereka emang. Karena kebahagiaan satu orang pasti akan diikuti oleh kebahagiaan orang lain juga. Yang penting kita jangan berbahagian di atas penderitaan orang lain. Mengenai sms-sms yang tadi . . . gimana pun cara mereka nulis sms . . . mau gaya formal, puitis, biasa-biasa aja, menggugah . . . atau terserah . . . toh, isinya itu yang paling utama. Menyambung tali silaturahmi dengan memanfaatkan tekhnologi.

Harry Potter vs LUPUS


Gua suka baca. Tapi percaya nggak percaya . . . harry Potter yang paling tersohor di muka bumi ini belum sanggup menyentuh hati gua. Kenapa??? Gua juga nggak tahu. Mungkin emang bawaan gua dari lahir kurang sreg sama yang namanya magic. Imajinasi yang terlalu tinggi bikin gua pusing sendiri. Nggak ngerti gua. Bahkan tergugah buat nonton filmnya aja gua nggak. Terserah, lah kalau para Harry Potter mania bilang gua . . . bodoh, tolol, ga zaman, nggak elit, nggak level . . . bla . . . bla . . . its okeh, caw. Gua dengan senang hati nerima. Ikhlas gua. Padahal gua pernah sempat berusaha pengen suka Harry Potter. Gua minjam bukunya di perpustakaan gua pas gua masih SMP. Baru juga satu paragraph . . . gua udah nggak betah duduk. Kayaknya temanya berat banget, level atas, otak gua tiba-tiba korslet. Nggak bisa menerima input-input secara normal. Ya, udah. Tuh buku tebel dan paling diburu sama anak-anak seumuran gua pada waktu itu, langsung gua balikin. Petugas perpustakaan kaget. Dia nyebut gua jenius banget bisa nyelesain baca Harry Potter dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Gua cuma nyengir, hehe. Dalam hati gua ngomong: “iya gua baca dalam tempo yang singkat . . . tapi gua nggak baca sampe habis. Baru satu paragraph aja gua udah mau muntah.” Sejak itu gua nggak mau pusing-pusing lagi. Nggak usah ikut-ikutan, nggak usah maksa diri sendiri. Kalau emang nggak suka . . . apa mau di kata. Lupain!! Gua rasa itu lebih bijak . . . dan lebih jantan. (*_*) Filmnya juga gitu. Gua coba nonton film Harry Potter. Tapi yang ada gua malah bengong. Ora mudheng. Ini karena gua nggak berorientasi dari buku. Orang gua baca bukunya aja nggak. Jadinya gua nggak bisa ngikutin alur ceritanya. Sebenarnya, sih bisa aja gua berusaha memahami jalan cerita filmnya . . . karena ngerti bukunya gua nggak bisa. Tapi ternyata . . . rasa penasaran gua ke Harry Potter udah melempem. Sistem operasi sel-sel saraf gua menolak info-info yang berkaitan dengan Harry Potter. Entah KBnya Harry Potter kegedean apa, ya . . .??? atau volume otak gua yang kekecilan . . .??? (bagian ini tolong jangan ada yang ngebahas. Biarkan itu jadi bahan renungan bagi kita semua) Justru tokoh tengil, gokil, simple, dan agak kurang asem . . . yang bikin gua keranjingan. Nah, itu dia LUPUS. Karakter Lupus yang sederhana tapi berwarna bikin gua jatuh hati. Bukan hanya pada kisah hidup dia dan keluarganya doank, tapi cara Hilman menuliskan kehidupan Lupus sama csnya juga menginspirasi gua. Makanya kalau gua bikin tulisan sebangsa cerpen . . . gua agak keHilman-Hilmanan. Meskipun kurang mirip . . . tapi gua cukup tersugesti buat ngikutin gaya dia nulis, yang gua sebut . . . Hilman’s style: mengalir . . . ada joke-joke sederhana tapi . . . kena, deh! Kalau udah baca Lupus . . . bawaannya happy, ketawa terus, seru lah pokoknya. Yang paling penting otak gua bisa nerima. Gua ngerti sama jalan ceritanya. Nggak perlu bingung-bingung. Bikin gua baca buku karena panggilan hati, panggilan jiwa . . . bukan karena panggilan alam. Ternyata buku-buku sejenis juga bikin gua tertarik. Yang lucu tapi nggak porno, nggak basi. Syukur-syukur kalau ada unsur Islaminya. Gua, sih nggak terlalu fanatik banget sama novel-novel Islami. Tapi kalau cara penceritaannya dengan cara yang gokil-gokilan . . . lucu-lucuan . . . tanpa mengurangi bobot pesannya . . . gua pasti demen baca, tuh. Otak gua emang bawaannya pengen nyantai mulu. Jadi bacaan juga betahnya baca yang ringan (kapan, ye gua ada kemajuan??? Hehehhee) Sekarang, lagi gemar baca buku yang ada hubungannya sama tekhnik ngedit gambar (ya, iyalah . . . masa ngedit baju?) sama layout. Gua lagi pengen pinter di bidang itu. Yah . . . minimal ngerti, lah. Nggak harus ahli bin professional juga nggak masalah (gua nggak bakal bunuh diri pakai minum parfum, kok) yang penting gua bisa ngoperasiin softwarenya dengan sewajarnya. Soalnya ini berhubungan sama bidang yang gua pilih pas ada pengkaderan jurnalistik di kampus gua. Tadinya gua nggak kepikiran bakal terjun ke dunia ini. Niatnya cuma pengen belajar. Biar gak gaptek-gaptek amat, geto. Nggak enak juga, kan cakep-cakep tapi gaptek (beeeuuuu . . . preeetttt: #_#). Tapi dari situ gua bisa muasin diri gua sendiri. Misalnya, ngedit foto sendiri. Akhirnya gua jadi hobi ngedit foto. Walupun hasil editan gua nggak artistic banget. Tapinya lagi lumayan lah . . . yang penting, kan gua udah nyoba. Dari tadi kebanyakan yang penting, ye??? Eya, dong . . . gua, kan orang penting. Sekarang . . . coba lo hitung sudah berapa kata “yang penting” yang udah gua ketik??? (hahaha . . . nggak penting banget)

Rabu, 16 September 2009

pengembara jalang


Masih sanggupkah?

Kau relakan sepasang kakimu untuk melangkahi siang

Bernaung di bawah garangnya matahari

Tidakkah kau temukan elang siang yang mungkin

Jauh lebih tangguh dari pengembara sepertimu

Tidakkah ingin kau belajar darinya

Bagaimana melebarkan sayap dan membunuh apa saja yang bergerak

Haram kau bersujud pada siang

Apalagi sampai mencumbu kakinya

Lebih pantas kau hadiahkan legitnya air liurmu

Untuknya . . . sahabat dalam pencarianmu

Kau bukan penyair!

Yang mempuitisi siang demi uang atau senang (mungkin?)

Siang selalu memukau

Penyair yang mengelukan

Pengembara yang akan taklukan



terinpirasi dari: Abah

back to . . . libuuuuurrrrr


Yup, back to libur. Judulnya emang back to libur, tapi judul tersebut sama sekali nggak punya hak bulat buat memperpanjang masa liburan gua. Sekali 2 bulan separo, tetap 2 bulan separo. Lagian libur yang sebegini panjang cukup bikin gua mau muntah. Dalam sejarah hidup gua, gua nggak pernah ketiban libur kayak gene. Maksud dari back to liburan, artinya gua mau lanjutin cerita liburan gua. Hhhmmm . . . nggak terlalu penting, seh buat lo. Tapi, mah gua epen-epen. Suka-suka gua, lah. Ini blog blog gua juga.

Jadi, kan udah gua kasih tau. Korban dari sisa-sisa stress gua . . . ngejual benda-benda kenangan gua. Sebut aja komputer sama sepeda. Selanjutnya . . . gua mau jual . . . Jupiter Bokap gua. Oohhh . . . sungguh pilihan yang bodoh. Bego aja gua mau jual motor Bokap gua. Terus alat transportasi gua pas liburan di kampung apa coba??? Punya Nyokap bisa, sih . . . tapi boros. Punya sister . . . dia orang sibuk. Bisa-bisa entar ada perang Teluk di rumah gua cuma gara-gara rebutan motor. Sepeda . . .? udah jadi masa lalu gua. So, punya Bokap yang number one. Jadi jelas, motor Bokap gua nggak masuk kriteria komersil. Lebih jelasnya lagi . . . emang nggak ada yang perlu gua jual. Cukup 2 itu saja.

Nah, di awal-awal liburan pascapenjualan benda-benda kenangan . . . gua mikir nih, liburan 2 bulan setengah jangan sampe bikin otak gua miring setengah. Soalnya kemiringan otak gua sebelum liburan aja udah hampir setengah. Tambah lagi dengan liburan yang fuullll ini juga sempat bikin gua kehilangan setengahnya lagi . . . waaaahhh . . . mungkin emas punya Nyokap gua jadi juga gua jual ke tukang emas. Intinya, gua nggak pengen liburan gua kosong, nggak dapat hasil apa-apa. Harus ada yang dihasilkan gitu, nah. Apa, kek . . . misalnya aja lo nyebut diri lo sebagai musisi. Walaupun lo musisi amatir, tapi kalau dapat liburan se spectakuler kayak gua . . . ya, elo bikin lagu, kek . . . manggung, ngadain konser tunggal . . . kalau lo penulis, minimal lo bikin cerpen 100 buah mungkin selama sebulan. Liburnya dua bulan, bisa menghasilkan 200 cerpen. Selesai liburan, lo bisa ajuin ke penerbit. Emang lagi hoki, ya keterima. Kalau ditolak, ya coba lagi. Simple banget, yach.

Terus apa yang perlu gua lakuin?? Begadang? (ini, sih kegiatan wajib), ya, gua sok-sok bikin diri inti gitu, lah. Sok-sok sibuk gitu. Nekat aja gua ambil kursus konputer. Buat bikin gua pinter komputer?? Oke . . . jawaban lo gua kasih nilai 30. Sebenarnya gua ambil kurusus komputer, tuh biar gua bisa jalan-jalan sore. Daripada gua suntuk di rumah, bengong, kesambet? Nggak sudi gua.

Ternyata kursus komputer belum bisa bikin gua jadi orang paling bahagia selama liburan. Jadi . . . gua lengkapi kebahagiaan gua dengan bersilaturahmi ke kantor-kantor para alumni IPDN (kampus jiwa n raga). Selama bersilaturahmi . . . gua sama dua cs gua dapat banyak pelajaran . . . pelajaran tentang hidup . . . cara berpikir . . . cara menghadapi masalah . . . ngomongin soal birokrasi dikit-dikit . . . ada tertib administrasinya juga . . . mirip kayak kuliah gitu. kuliah on the road, hehehehhe. Otak gua jadi bisa sekalian diinstal gratis, hehe lagi. Yang paling penting . . . ditraktir makan. Gua, sih nggak mau munafik. Kalau gua ditraktir orang, ya gua seneng-seneng aja. Tapi kalau nggak juga gua nggak bakal ngamuk. Otomatis, toh???

Selanjutnya . . . magang di kantor kelurahan selama dua minggu. Magang nggak wajib katanya. Tapi gua tetep magang. Terserah lo aja kalau mau bilang gua: “RAJIN BANGET, SIH LO!” (padahal Bonyok gua aja belum pernah bilang gua begitu) ya, kan gua udah bilang . . . nggak nahan, bow liburan nggak ngapa-ngapain. Mending cari kesibukkan apa, kek. Yang penting nggak bikin lo berurusan sama masalah dan tetap bikin lo nyaman . . . gampang, kan mikirnya.

Yang paling terakhir . . . belajar gitar sama temen SD gua. Serunya lagi dia udah nikah sama seorang cewek. Hhhmmm . . . tapi isterinya welcome aja sama gua. Malah dia asek-asek aja suami tercintanya ngajarin kunci demi kunci. Belajar gitar sukses bikin jari gua . . . kriting. Pertama megang . . . keram. Terus . . . gemetar. Keesokan harinya ujung jari gua . . . sakit. Habis itu mengeras . . . beberapa hari kemudian . . . terkelupas. Pas gua tanya: “obatnya apa, neh?” obatnya ternyata gua disuruh latihan lebih keras lagi. Emang dia teman sekaligus Guru buat gua. Thank, Bro.

Sekarang . . . gua lagi nikmatin internet gratis di perpustakaan umum kota gua. Lo bayangin aja. Gua bela-belain datang pagi-pagi . . . di saat kota gua masih diselimuti kabut yang cukup tebal . . . gua sama motor Bokap gua melaju menghantam kabut buat pergi ke perpus . . . demi menikmati internet gratis ini sepuasnya. Dari jam 8 pagi ampe . . . jam setengah 3. Non stop ngenet, dah judulnya. Sebenarnya . . . gua sempat nggak enak sama para pegawai perpustakaan. Mereka kayaknya udah bosan liat muka gua yang keren ini. Tapi . . . kalau gua mikirnya kayak gitu terus . . . kapan lagi gua bisa nikmatin ini coba? Sementara di luar sana masih banyak orang-orang yang memenuhi warnet. Sedangkan di perpustakaan . . . nggak banyak yang tahu. Paling banyak cuma ber 5-6 orang. Gua ngerasa beruntung bisa nikmatin suka-suka gua.

Apa yang gua lakuin di atas . . . belum tentu bisa gua lakuin pas udah masuk kampus ntar. Kalaupun bisa, mungkin nggak akan sepuas ini, kaleeee . . . jadi, liburan kali ini harus bisa diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat yang barangkali belum tentu bisa lo lakuin nanti pas udah ngampus, dan pas lo udah ngampus . . . lo bakal kangen sama libur panjang lagi.

Seandainya kau bisa rasakan itu



Rasakan sejuknya lautku

Kembalilah ke pelukan ombak

Bersama kau selami dalamnya tangisan hujan pada samudra

Mengapa tidak kau campakkan siang dan pagi??

Lalu tebarkan sayangmu sedalam lautan . . .

Pada senyap angin dan raungan bahasa malam

Sekarang . . .

Kemana kau akan bernaung?

Duka terlewat dahaga

Pada gempita kelap-kelip rona senja

Tidak kau lihat semua keajaiban nyata

Hanya merunduk . . .

Menghirup sepoi nelangsa . . .

Yang kau cari . . .

Sebenarnya ada pada bentang para pendusta itu

Mengapa tidak kau penggal kepala mereka??

Untuk kau persembahkan pada malammu

Nyalimu tidak lebih dari keringnya tanah lahirmu . . .

Sesaknya nafas rakyatmu . . .

Ketukkan jantung mereka yang lemah

Seandainya kau bisa rasakan itu . . .

Selasa, 15 September 2009

asal Abah bisa tersenyum


Abah nggak perlu khawatir dengan keadaan Anang. Pokoknya, Selama laut masih punya ombak, selama daun-daun masih bisa bergerak, selama batu nggak bisa punya anak, selama para cewek masih setia pakai bedak, selama Nurdin belum kena tembak, dan . . . . . selama Manglayang masih bisa berdiri tegak . . . . . itu tandanya Anang sehat-sehat saja, Abah. Abah tetap tenang dan positif thingking. Oh, iya. Abah jangan ngirim duit lagi, ya ke Anang. Anang kuliah di sini dapat gaji, kok. Mending Abah ngirimin dodol, kacang nagara, kue apam, durian, sama rambutan yang kemarin dah di panen pas musim rambutan itu . . . . . hehehe. Bercanda, Abah. Abah kirimin do’a aja buat Anang ya. Anang lagi butuh banyak do’a. biar semua lancar, gitu . . . . .

“Tolong diprint, ya Ki.” Anang yang terlihat masih ringkih menyerahkan flashdiscnya kepada teman satu kontingennya ini.

“Iya, Boz. Tenang. Entar aku yang kirim langsung ke Abah lewat Humas. Kamu istirahat aja di sini. Hhhmmm, biar kamu nggak bosan-bosan amat di KSA, ini aku bawain fotoku . . . . . eh, maksudku aku bawain foto Abah.” Rizki meletakkan sebuah foto di meja samping bed Anang.

“Wei, kamu dapat dari mana foto Abah?” Anang kaget.

“Gercep, laaaahhhh.”

“Dimana?”

“Di set WBP. Kamu, sih naruh sembarangan. Yang lain pada ngira ini purna angkatan berapa, gitu . . . . . pas ada kurve, kan kemarin. Dikit lagi, nih foto hampir jadi arsip.”

Anang kembali murung memandang sosok Abahnya yang paling dikaguminya setengah mati itu. Wasana Praja yang hampir 5 hari tidak tidur di Sultra atas ini merasa bersalah telah membohongi Abahnya. Dalam keadaan meringkuk lemah di KSA Anang masih sempat memberitahu kepada Abahnya bahwa keadaannya sehat-sehat saja.

“Tipu-tipu Abah lagi.” Rizki sering bilang begitu pada Anang. Tapi Anang merasa lebih baik begini daripada Abah khawatir. Padahal pengukuhan tinggal seminggu lagi. Dokter KSA sudah mengancam Anang tidak bisa ikut wisuda dan pengukuhan. Keadaannya masih belum sehat seutuhnya. Demam tinggi yang menyerangnya membuat dia tidak kuasa mengikuti kegiatan. Untungnya naas yang menimpanya itu terjadi setelah semua urusan jarlatsuhnya sudah beres. Bukan hanya deman tinggi tapi juga kondisi tangan kirinya yang masih dibalut perban gara-gara jatuh dari tangga.

Praja memang sudah biasa demam dan patah tulang. Tapi kalau demam dan patah tulangnya itu ketika mendekati hari-hari paling sacral bagi seorang praja . . . . . addduuhh, berarti praja itu sudah kehilangan moment bersejarah dalam hidupnya sebagai seorang Praja. Kurang lebih 3 tahun yang lalu Anang berjanji pada Abahnya bahwa Anang bakal jadi Pamong Praja Muda yang paling gagah di antara yang gagah (taelaaahhh). Sekarang, jangankan mau ikut wisuda dan pengukuhan, mau ikut gladi aja tidak ada yang mau mengizinkan.

Aaaaiiiiihhhh, rasanya pengen kabur dari sini kemudian langsung berdiri di barisan paling depan sebagai penjuru kanan dekat danton, posisi yang strategis yang kalau sampai orang di posisi tersebut tiba-tiba pusing lalu pingsan . . . . . aaahhhh, so pasti namanya akan jadi bahan gunjingan di daerah Jatinangor dan sekitarnya. Kejadian itu seakan-akan seperti sebuah aib bagi seorang praja., terlebih praja putra. Iddddiiihhhh, gak banget lah. Berani disamber senior, dah. Jangan sampai itu terjadi.

Kalau mengingat kondisi Anang yang belum bisa dikatakan sehat, kemungkinan hal itu bisa terjadi pada Anang dan selanjutnya Anang akan dipermalukan di depan angkatannya sendiri. Terlebih lagi di depan Abah. Oooohhhh . . . . .

Demam, patah tulang, hhhaaahhh . . . . . apa iya Anang tidak bisa menikmati agungnya parade saat pengukuhan? Apa iya saat pengukuhan dia malah terbaring lemah di KSA? Oooohhh, nelangsa sangat. Tiap kali telinganya mendengar bunyi sayup-sayup musik pengiring gladi pengukuhan . . . . . rasanya Anang ingin menitikkan air mata. Tapinya lagi masa calon PPM begitu??? Tipis sampeeee . . . . .bukan momentnya itu sebetulnya tapi . . . . . seseorang yang memegang janjinya tiga tahun silam itu. Seseorang yang ingin sekali dijadikan oleh Anang sebagai manusia paling beruntung di hari H nanti, bukan dengan astaganaga, astabraso, atau astabrata. Tapi dengan . . . . . kehadirannya sendiri dalam keadaan sehat walafiat aman sejahtera. Lagipula mana ngerti Abah sama astabrata dan csnya itu.

“Tapi Abah belum pernah ke Jatinangor. Jangankan ke Jatinangor, pergi ke Pulau Jawa aja Abah belum pernah.” Kata Abah di waktu lalu.

“Eh, nggak masalah, Abah. Abah sudah hebat. Sudah bisa terbang ngelewatin Pulau Jawa malah. Naik pesawat pertama kali dengan tujuan luar negeri untuk menunaikan ibadah haji. Mantap, Bah. Ke Arab aja Abah sanggup, apalagi kalau cuma ke Jatinangor, tipiiiiiiisssss . . . . . itu. Hehe.” Anang membesarkan hati Abahnya.

“Entar kalau Abah mau lihat Anang pengukuhan, Abah langsung kasih tahu Anang. Anang bakal ngurusin keberangkatan Abah hingga sampai ke kampus Anang. Sekalian, deh Abah Anang ajak muter-muter Kesatriaan sampai ele, sampai teler, hehehe . . .”

“Muter-muternya pakai ontel Abah, ya?” Pinta Abah dengan matanya yang berbinar-binar.

“Waduh, pakai ontel ya????? Hhhmmmm . . . . . ide bagus itu, Bah. Abah naik ontel, Anang yang nemenin pakai PDL. Pasti serasi itu, Bah. Persis kayak orang-orang jaman dulu. Hahaha.”

Sebenarnya nggak janji, Bah. Apa boleh naik ontel di kesatriaan. Jangankan naik ontel di kesatriaan, lihat ada ontel yang lolos dari gerbang PKD aja aku nggak pernah. Hhhhmmm, mungkin bagi Pamong Praja Muda yang dapat Astabrata permintaannya akan dikabulkan. Yaaaahhh, entar kalau dapat Astabrata mintanya itu aja. Boleh muter-muter kesatriaan pakai ontel.

“Abah juga mau lihat tempat kamu belajar.” Pinta Abah dengan antusiasnya.

“Beres, Bah.” Anang dengan tulus mengacungkan ibu jarinya.

“Tempat kamu tidur juga, ya.”

Tempat tidur??? Aduuuhhh, perasaan selain Praja, kan nggak boleh ada yang ke barak (hhaaa . . . . . idealis sampeeeee. Ya, iyalah. Masa idealis cuma buat muda doang. Apa kata Manglayang????) ah, tempat tidurku, kan bukan hanya di bed. Di lapangan Parade jua ok. Gni-gini, kan aku juga pernah tidur di Parade. Tidur berdiri. Hhhhaaaa . . . . . lanjutkan!

“Iya. Ok, Bah.” Anang mengangguk-ngangguk.

“Kalau perlu nanti Abah juga pengen tidur di tempat tidur kamu.”

Ha?!?!

“Kan, kamu pernah cerita ke Abah. Tempat tidur kamu lebih empuk daripada tempat tidur kamu yang di rumah. Hehe.” Abah tersenyum.

Hehehe . . . . . emang aku pernah bilang gitu, ya??? Ya . . . . . rumput Parade juga nggak kalah empuk, kok. Apalagi kalau pagi-pagi. Bagi Praja yang punya muka bed, pasti kebagian ngerasain empuknya parade. Mantap. Hhheee.

“Iya, Bah. Emang empuk. Hehe.”

“Sama itu . . . . . tempat kamu makan. Kata kamu tempat kamu makan sering nyediain ayam sama daging. Nggak kayak di rumah, tahu tempe melulu.”

Menza?????? Haddduuhhh . . . . . Abah masuk Menza??? Duduk siaaaaaappppp . . . . . grak! Hihihi. Eng-ing-eng . . . . . KSP saja sudah. Mesan ayam keprek sama ayam stick. Hhhhmmmm, nyam nyam . . . . .

“Siap, Bah.”

“Abah juga mau ke tempat kamu biasa nelpon Abah. Yang Abah bisa sekalian denger suara anginnya.”

Darul maarif lantai 3. Nggak masalah. Kalau perlu Abah aku kenalin ke Teteh-Teteh sama Aa-Aa di sekitar masjid.

“Gampang itu, Bah.”

“Terus . . . . . tempat kaki seribu.”

Tweng!!! Kaki seribu??? Tangga seribu kaleeeeeee.

“Ssssiiiiaaaapppp, Abah.” Kali ini Anang semakin lebay saja. Pakai nunjukin posisi hormat segala lagi.

“Sekalian kita berdua foto-foto di sana, okeh?”

“Terus apa lagi, ya?” si Abah mikir.

“Hhhmm, Abah juga mau lihat ruang kerja kamu.”

Ruang kerja??? Buset . . . . . aku lupa ngasih tau ke Abah kalau aku SWAT. Hehehe. Abah juga belum tentu ngerti soal SWAT. Di WBP? Itu, sih tempat aku biasa maket barang buat Abah. Hhhhh . . . . . aahhhaa! Di warnet. Hahaha.

“Pasti itu, Bah.” Anang cengar-cengir bangga.

Ooooohhhh, abaaaahhhh . . . . . Anang benar-benar nggak rela dunia akhirat kalau sampai kedatangan Abah malah diambilalih sama Rizky, bukannya Abah dibawa senang-senang, tapi malah ngajakin naik Manglayang. Apalagi kalau Risyad yang ngajak, bisa-bisa Abah diajak lari siang. Atau si Bima. Tubuh Abah yang tadinya nampak tua dan renta tiba-tiba saja jadi berotot. Aaaaarrrrgggghhhh . . . . . tiiiiidddddaaaakkkkk . . . . . Abah nggak boleh ketemu sama orang-orang saraf itu tanpa kendali dariku.

* * *

Sebentar lagi. Tepatnya . . . . . besok. Malam ini semuanya harus dipersiapkan sebaik mungkin, sesempurna mungkin, dan tentu saja . . . . . selebay mungkin. SSB saja tidak cukup. Itu baru dukungan dari segi performance. Harus ada dukungan dari segi moral, spiritual, dan fisik. Kalau perlu malam ini harus mandi kembang 7 rupa, tumpengan, dan . . . . . kurve. Pokoknya suasana barak wajib luluh lantak.

Dddrrrtt . . . . . dddrrtt . . . . . dddrrttt (ada sms masuk)

Nang, Abah dh da d dpn kmps. Tp pas dh nyampe gerbg, Abah ketemu sama Bapak-Bapak tinggi besar, kekar, mata belo, ada kumisnya panjang, tebal, . . . . . kamu di mana, Nang? Bls.

Ha??? Abah sudah di depan PKD. Oh no, oh yes, oh no. . . . . waduuuhhh, gimana ini? Aku mesti jawab apa? Mesti ngibul kayak gimana lagi? Ayo, Nang! Mikir! Mikir! Mikir!

“Heh, Nang! Panik amat kamu? Kenapa, he?”

Anang terpana melihat kedatangan Rizky, Bima, dan Risyad.

“Sasuuuuuuuuhhhhhhh! Ternyata kalian datang juga.”

“Nang! Kamu kenapa?”

“Waaahh, Anang pasti kesambet setan KSA.” Duga Bima.

“Eh, setan bahlul. Keluar kamu dari teman ku. Sesama setan jangan saling sambet.” Rizky reflek menggoyang-goyangkan tubuh Anang dan menepuk-nepuk pipi tirusnya.

“Woi! Kalian yang setan. Ah.” Anang menangkis kejahilan teman-temannya itu.

“Hahahaha . . . . . siapa suruh tipu-tipu?” tiga sasuhnya itu tertawa terpingkal-pingkal.

“Ok, aku mau ngomong serius sama kalian. Abah udah nyampe di PKD.”

“Abah?”

“Terus? Kamu mau kami yang ngurusin dia?”

“Bukan. Bukan itu yang kalian urus. Aku minta tolong bawain baju PDUB sama semir, setrika, dan braso ke sini. Atau kaau nggak mau repot bawa aja aku keluar dari sini, bawa aku ke barak aja.”

“Sinting kamu, ya.” Pekik Risyad.

“Aku rela dipanggil sinting, asalkan aku bisa jadi bagian dari sejarah yang penting. Tolong. Aku minta tolong sama kalian.” Pinta Anang.

“Kamunya gimana? Jelas-jelas kondisi kamu lagi nggak sehat. Masa kami ngebiarin gitu aja?”

“Ini demi Abah. Abah sudah nyampe di PKD. Aku nggak mau dia yang ke KSA. Aku mau aku yang ke Parade buat nunjukkin ke dia kalau aku sudah berhasil, bahwa pengorbanannya selama ini nggak sia-sia. Kalian ini ngerti dikitlah gimana perasaan seorang anak sama ortunya.”

“Kami ngerti. Tapi kondisi kamu masih belum sehat. Kalau kamu kenapa-napa, kan kami yang kena.”

“Aku udah sehat, kok. Sehat walafiat. Nih! Nih! Lihat! Sehat, kan.” Anang mencoba memberi bukti sambil memperagakan gerakkan-gerakkan aerobik pagi.

Sedangkan tiga sasuhnya hanya bisa saling pandang.

“Aku mohon sasuh-sasuhku. Aku nggak mau mengecewakan Abah. Soal kondisi kesehatan, sih gampang. Lihat Abah tersenyum pun aku pasti sudah sehat. Swear, fren.”

Setelah jungkir balik, push up, sit up, ngurusin administrasi Anang di KSA, dan (ternyata) dengan gampangnya, akhirnya Anang bisa keluar dari KSA dan menuju ke barak. Saat itu Anang nampak sehat. Tidak ada lagi tampang pucat. Yang tadi di mukanya tersirat tanda-tanda mau kiamat, kini berganti menjadi muka mayat . . . . . hehehe.

“Ya ampun! Abah! Abah masih di PKD.” Anang teringat. Tanpa pikir panjang lagi, dia langsung berlari ke arah PKD. Tiga oang yang bersamanya dari tadi juga ikut berlari dari belakang. Sesampainya di PKD, Anang mencari-cari raga Abah. Tapi bayangan Abah pun Anang tidak mendapati.

“Coba ditelpon, Nang!” suruh Risyad. Anang langsung merogoh saku celananya lalu dengan cepat memencet-mencet tombol keypad nokianya dan selanjutnya meletakkan nokianya ke telinga.

Sisa pulsa anda tidak dapat melakukan panggilan ini.

“Yaaaaahhh, kere sampeeeee . . . . .”

“Ya udah. Nih pakai punyaku.” Bima menyerahkan Blackberrynya.

Serong kanan, serong kiri, hadap kanan, hadap kiri, balik kanan . . . . . maju jalan, henti . . . . . grak. Istirahat di tempat grak. Aih, tidak ada jawaban dari Abah. Padahal Anang sudah panik dengan gaya PBBnya.

“Aduh Abah. Diangkat dong. Mana suaranya? Abah . . . . .”

“Lha??? Itu bukannya Abah?? Nang! Coba kamu lihat sana!” seru Rizky spontan.

Anang melongok ke arah yang diinstruksikan Rizky. Ternyata . . . . .

“Abah! Bener. Itu Abah.” Mereka mendapati sosok Abah berada di seberang mereka. Selanjutnya mereka langsung nyebrang sambil teriak-teriak manggil Abah. Pas sudah sampai . . . . .

“Bukan. Bukan Abah. Aaaahhhh, dasar rabun.” Kesal Anang.

“Tapi dari jauh mirip sama Abah.” Bela Rizky.

“Kerenan Abahku kaleeeee.”

Hingga gerbang PKD sepi, Anang belum juga mendapati Abah. Abah tidak menyahut ketika dihubungi.

* * *

Abah pasti datang. Masalahnya Abah sekarang lagi dimana? Setahu Anang Abah tidak tahu sama sekali dengan wilayah Jatinangor dan sekitarnya. Anang takut Abah kenapa-napa. Nyasar, ketemu penjahat, pasti yang kasihan adalah penjahatnya. Hehehe. Padahal Anang sudah siap dengan pakaian kebesarannya yang dari dulu ingin sekali dia tunjukkan pada Abah. Sekarang Abah ada dimana? Bersama siapa? Sedang berbuat apa?

Suasana hati Anang sangat berlawanan dengan kesatriaan pagi itu. Hiruk pikuk memekakan telinga. Ada semacam moment pelepasan rindu yang telah lama dibendung. ketika rindu itu dilepas, semuanyapun memperoleh imbas untung. Semuanya senang mengisi kesatriaan tanpa mengurangi kesakralan. Tapi ras itu belum bisa sepenuhnya dilepas demi sebuah kekhidmatan acara pengukuhan.

“Kamu sehat?” Tanya Ayu.

“Alhamdulillah, Mbak. Aku sehat.” Jawab Anang pada teman sekelasnya itu.

“Siapa yang datang?” tanyanya lagi.

“Tadinya Abah yang mau datang. Tapi Abah belum keliatan dari kemarin.” Kata Anang nampak murung.

“Ya sudah. Barangkali setelah acara pengukuhan Abah bakal muncul. Ayo, bareng ke DP.” Ajaknya.

Dengan perasaan was-was Anang menjalani proses demi proses acara pengukuhan. Walaupun begitu dia tetap konsentrasi pada rangkaian-rangkaian acara dengan khidmat. Cuman Anang harus bersedia berkeringat dingin bukan karena tidak tahan lagi dengan pagi yang panas itu, tapi karena Abah tak kunjung muncul. Hingga acara pengukuhan selesai, di saat yang lain sedang asyiknya berkumpul bersama orang-orang tercinta, Anang malah muter-muter mencari Abah. Anang sendiri di tengah-tengah haru biru itu. Anang merasa terasing.

Abah . . . . . ayolah, sekarang bukan waktunya untuk main petak umpet.

“Nang! Nang!” ada suara yang memanggil.

“Ada apa, Pak?” Anang menoleh ke sumber suara, seorang Bapak dengan kemeja coklat dan celana coklat, yang tidak asing bagi Anang. Bapak itu . . . . . pengasuh barak Anang. Pria itu langsung menarik tangan Anang menuju ke Balairung. Sedangkan Anang masih terbingung-bingung.

“Kamu pasti sedang mencari dia.” Bapak itu berhenti di teras Balairung sambil menunjuk seseorang.

“Abah.” Pekik Anang tanpa rasa ragu.

“Anang.” Pria yang dipanggilnya Abah itu menoleh dan melebarkan senyum tulusnya. Senyum yang selama ini hanya menjadi bayangan saja bagi Anang, tapi hari ini senyum itu seutuhnya nyata hanya untuk dirinya.

* * *

terjualah komputer seharga 700 ribu



selain sepeda, komputer gua juga gua jual. padahal, gua pernah dapat fulus dari ngetik di komputer gua. nggak tanggung-tanggung . . . komputer gua, gua jual sekalian sama mejanya, sama speakernya, sama printernya, sama sampul mejanya . . . kenapa gua jual??? karena komputer gua udah sok-sokan gitu. sok-sokan hidup di zaman orde baru. jadi ceritanya gua jadi Soeharto, nah dia sebagai rakyat yang tertindas di zamannya, jadi dia protes sama gua.
cara protesnya: pura-pura LOLA, padahal gua kenal banget, tuh komputer gua statusnya pentium 3. tiba-tiba aja mati sendiri, caper banget kan sama gua? terus kalau gua ngesave hasil kerjaan gua, tau-tau pas besok mau gua buka . . . eh, ngilang tuh tulisan gua. wwwhhaaa . . . komputer edan. dia nggak tau gimana gua begadang semalaman suntuk buat bikin tulisan, masa gua bikin lagi??? mikir, donk! mikir!
sebenarnya, sih gua nyadar. kalau selama ini gua jarang ngerawat dia. di sela-sela komputer gua nongkrong, tuh ternyata banyak debu. sering di kasih flash disk yang udah dinyatakan saraf n kebanyakan virus. gua udah banyak dosa sama komputer gua. emang gua bukan bos yang baik dan memiliki etika yang sopan terhadap komputer gua. hhhmm . . . makanya dia melayangkan segala bentuk protesnya sama gua. rupanya selama ini dia juga udah nggak betah hidup bareng gua. apalagi selama gua tinggalin ngampus . . . dia sengsara banget kayaknya.
wajar aja, seh komputer gua tingkahnya kayak geto. karena kan normalnya: sesuatu itu akan menuntut haknya jika dia udah memenuhi kewajibannya. nah, setelah gua pikir-pikir . . . komputer gua udah menunaikan kewajibannya sebagai komputer dengan sangat baik, berhubung nih bosnya belum bisa memenuhi segala haknya sebagai seorang komputer . . . maksud gua . . . sebagai sebuah komputer . . . akhirnya dia protes menuntut haknya. oke . . . gua akuin gua emang salah.
oleh karena itu, gua putuskan untuk menjualnya. gua hunting tempat-tempat yang ada jual beli komputer. ada dua tempat. satu tempat yang bikin gua terharu . . . satu lagi tempat yang bikin gua dongkoooollll . . . kenapa gua dongkoll? karena yang punya, tuh toko nggak punya perasaan banget. masa dia bilang gene: kalau komputer kayak gene . . . gua nggak yakin bakal laku. wwwaakkkk . . . rasanya tuh orang mau gua mandiin kembang 7 rupa, biar semua sialnya ilang. mending kayak gitu, kan? daripada gua nonjok dia??? ngeselin banget, seh kata-katanya. bikin semangat gua buat ngejual komputer gua jadi drop.
beda banget sama toko yang satunya. si pemilik toko bilang: coba komputrnya gua lihat dulu. dia teliti, dia amati dengan sungguh-sungguh dan penuh perasaan. gua sampe kagum lihatnya. sampai akhirnya dia ngomong: 700 ribu, gua beli.
whuaaaa . . . 700 ribu? tapi di telingA Gua kedengarannya kayak 700 juta . . . dasar budeg. hahaha. ya, . . . gua pun merelakan komputer gua sama dia. walaupun cuma seharga 700 ribu perak.
yang pasti, kalau kita punya barang . . . dan kalau kita udah banyak gunain jasa-jasanya, kita harus bersedia berbagi senang dengan mereka. okeeeehhh???

Senin, 14 September 2009

sepeda gua dapat bos tiri


wwhuuuaaa . . . libur dua bulan separo emang sukses bikin gua nyahoo. tadinya gua pikir, nih liburan mau dibikin apa coba? mau gua bikin pepes? mau gua bikin opor? mau gua bikin kolak? pas banget, kan momentnya lagi bulan puasa, atau mau gua bikin es buah aja, geto? daripada puyeng, ya udah gua bikin obat aja, dah. gua bikin obat stress. hehehehhee . . . iye, namanya aja obat stres. tapi pas liburan kerjaan gua ternyata ada juga yang mirip-mirip orang stress. apalagi pas awal-awal liburan, tuh. mata belo gua tiba-tiba aja menangkap sosok tangguh nan perkasa berwarna biru. dengan hampir semua bagiannya udah jelek tertutup debu. hampir setengah tahun gua nggak nglihat rupa dia. ternyata setelah lama gua tinggalin, dia berubah total. orang rumah nggak ada yang ngerawat. biasanya gua yang paling rajin mandiin dia rutin sebulan sekali. secara geto, nah. gua yang paling sering konnek sama dia. hari-hari gua semasa sekolah banyak dihabisin sama dia, hujan-panas, timur ke barat, selatan ke utara . . . pokoknya, mah dia udah jadi soulmate gua, getthhoo.
penampilan dia benar-benar nggak keurus. kasihan banget lah. kayaknya ada kontak bathin gitu antara gua sama dia. meskipun dia benda mati, tapi gua ngerasa dari balik semua itu kayaknya ada sesuatu yang mau dia sampaikan sama bosnya ini. eh, tapi kira-kira lo udah pada tau belum gua, neh lagi ngomongin siapa? eh, bukan. gua lagi ngomongin apa? tau nggak? ya . . . neh, gua kasih tau: lagi ngomongin sepeda gua. nah, gua terusin ye . . . jadi gua ngerasatuh sepeda seolah-olah bilang sama gua kalau dia, tuh lagi kesepian, merana, nelangsa, stress . . . (wah, jangan lo pikir gua gelo, ya gara-gara gua empati sama sepeda gua!!!) makanya gua pikir ngejual dia adalah jalan terbaik. gua konsul aja ma dosen gua . . . hehe, bego. ya konsul sama bonyoklah. alhamdulillah, Bonyok gua nerima usul jenius gua. terus mereka ngasih gua perintah supaya gua mandiin tuh sepeda untuk yang terakhir kalinya kalau perlu didandanin. (hehe . . . emang mau ikut pawai apa, ya? lebhhaaayy) setelah itu sepeda itu pun resmi pisah sama gua.
sedih??? ya, kagak lah. gua malah lega (apalagi Bonyok gua. dalam hati mereka ngomong: baguslah rumah jadi nampak lapang, nggak sumpek lagi sama sepeda bututnya norma) gua lega karena gua yakin sepeda gua itu bakal ada yang ngerawat, mandiin, ngecek bannya seminggu sekali, ngecek remnya aktif apa nggak, ngajakin muter-muter kota saban pagi . . . yang penting ada yang merhatiin dia lah. yang paling penting, tuh ada yang mau memperlakukan dia layaknya sebuah sepeda. ntar bagus aja, ye merhatiin terus . . . tapi cara memperlakukannya nggak kayak memperlakukan sebuah sepeda. wwwaaaakkk . . . stress.
tapi ada yang ketinggalan, neh. gua lupa ngajak dia napak tilas ke sekolah-sekolah gua. padahal banyak banget kenangan dan sejarah yang gua lewatin sama sepeda gua. dari SMP ampe SMA, timur ke barat, selatan ke utara, hebohlah pokoknya. dari gua kehujanan, kepanasan, kedinginan, becek, salju . . . (wah, salju nggak ada, ye?) pernah, neh waktu itu sepeda gua, gua parkir di tempat yang paling dalam. mau dikeluarin susah banget. padahal pas itu gua pengen pulang ke rumah, mau boker. karena udah nggak tahan lagi, dengan gaya sok-sokan maling sepeda, ya udah lah gua nyolong sepeda orang untuk sementara. gua bawa kabur tuh sepeda orang ke rumah gua buat buang hajat. pernah juga sepeda gua dibawa kabur ma orang. padahal, sih dia cuma dipinjam. tapi yang minjam orangnya rese banget, nggak pake izin (sama aja kayak gua, ye. haha) gila, gua hampir mau nangis. bukan soal gua nggak bisa pulang ke rumah atau apa. soal pulang, seh gampang. gua bisa nebeng ma temen gua. tapi sepedanya itu yang udah kayak harga mati buat gua. nggak rela gua kalau sampai ada yang nyolong sepeda gua, tuh. eh, tau-tau pas udah hampir malam tuh orang yang minjem baru nongol. percaya nggak percaya, gua nggak marah. langsung pulang gua. karena yang minjam ternyata kakak kelas gua.
sekarang, gua udah nggak punya sepeda. kadang-kadang ada perasaan pengen naek sepeda lagi. tapi ya lupain ja lah. yang penting ya itu tadi. sepeda gua ada yang merhatiin, ada yang bisa memperlakukan dia sebagai sebuah sepeda. gua harap sepeda gua ngerasa nyaman sama bos barunya. amin. kenangan sama lo nggak bakal gua lupain, dah. i'll miss u my bicycle. peace! keep istiqomah ja ye dapat bos tiri. hahaha. tapi gua yakin. bos tiri buat sepeda pasti nggak sekejam ibu tiri. hehe.