Senin, 21 September 2009

Harry Potter vs LUPUS


Gua suka baca. Tapi percaya nggak percaya . . . harry Potter yang paling tersohor di muka bumi ini belum sanggup menyentuh hati gua. Kenapa??? Gua juga nggak tahu. Mungkin emang bawaan gua dari lahir kurang sreg sama yang namanya magic. Imajinasi yang terlalu tinggi bikin gua pusing sendiri. Nggak ngerti gua. Bahkan tergugah buat nonton filmnya aja gua nggak. Terserah, lah kalau para Harry Potter mania bilang gua . . . bodoh, tolol, ga zaman, nggak elit, nggak level . . . bla . . . bla . . . its okeh, caw. Gua dengan senang hati nerima. Ikhlas gua. Padahal gua pernah sempat berusaha pengen suka Harry Potter. Gua minjam bukunya di perpustakaan gua pas gua masih SMP. Baru juga satu paragraph . . . gua udah nggak betah duduk. Kayaknya temanya berat banget, level atas, otak gua tiba-tiba korslet. Nggak bisa menerima input-input secara normal. Ya, udah. Tuh buku tebel dan paling diburu sama anak-anak seumuran gua pada waktu itu, langsung gua balikin. Petugas perpustakaan kaget. Dia nyebut gua jenius banget bisa nyelesain baca Harry Potter dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Gua cuma nyengir, hehe. Dalam hati gua ngomong: “iya gua baca dalam tempo yang singkat . . . tapi gua nggak baca sampe habis. Baru satu paragraph aja gua udah mau muntah.” Sejak itu gua nggak mau pusing-pusing lagi. Nggak usah ikut-ikutan, nggak usah maksa diri sendiri. Kalau emang nggak suka . . . apa mau di kata. Lupain!! Gua rasa itu lebih bijak . . . dan lebih jantan. (*_*) Filmnya juga gitu. Gua coba nonton film Harry Potter. Tapi yang ada gua malah bengong. Ora mudheng. Ini karena gua nggak berorientasi dari buku. Orang gua baca bukunya aja nggak. Jadinya gua nggak bisa ngikutin alur ceritanya. Sebenarnya, sih bisa aja gua berusaha memahami jalan cerita filmnya . . . karena ngerti bukunya gua nggak bisa. Tapi ternyata . . . rasa penasaran gua ke Harry Potter udah melempem. Sistem operasi sel-sel saraf gua menolak info-info yang berkaitan dengan Harry Potter. Entah KBnya Harry Potter kegedean apa, ya . . .??? atau volume otak gua yang kekecilan . . .??? (bagian ini tolong jangan ada yang ngebahas. Biarkan itu jadi bahan renungan bagi kita semua) Justru tokoh tengil, gokil, simple, dan agak kurang asem . . . yang bikin gua keranjingan. Nah, itu dia LUPUS. Karakter Lupus yang sederhana tapi berwarna bikin gua jatuh hati. Bukan hanya pada kisah hidup dia dan keluarganya doank, tapi cara Hilman menuliskan kehidupan Lupus sama csnya juga menginspirasi gua. Makanya kalau gua bikin tulisan sebangsa cerpen . . . gua agak keHilman-Hilmanan. Meskipun kurang mirip . . . tapi gua cukup tersugesti buat ngikutin gaya dia nulis, yang gua sebut . . . Hilman’s style: mengalir . . . ada joke-joke sederhana tapi . . . kena, deh! Kalau udah baca Lupus . . . bawaannya happy, ketawa terus, seru lah pokoknya. Yang paling penting otak gua bisa nerima. Gua ngerti sama jalan ceritanya. Nggak perlu bingung-bingung. Bikin gua baca buku karena panggilan hati, panggilan jiwa . . . bukan karena panggilan alam. Ternyata buku-buku sejenis juga bikin gua tertarik. Yang lucu tapi nggak porno, nggak basi. Syukur-syukur kalau ada unsur Islaminya. Gua, sih nggak terlalu fanatik banget sama novel-novel Islami. Tapi kalau cara penceritaannya dengan cara yang gokil-gokilan . . . lucu-lucuan . . . tanpa mengurangi bobot pesannya . . . gua pasti demen baca, tuh. Otak gua emang bawaannya pengen nyantai mulu. Jadi bacaan juga betahnya baca yang ringan (kapan, ye gua ada kemajuan??? Hehehhee) Sekarang, lagi gemar baca buku yang ada hubungannya sama tekhnik ngedit gambar (ya, iyalah . . . masa ngedit baju?) sama layout. Gua lagi pengen pinter di bidang itu. Yah . . . minimal ngerti, lah. Nggak harus ahli bin professional juga nggak masalah (gua nggak bakal bunuh diri pakai minum parfum, kok) yang penting gua bisa ngoperasiin softwarenya dengan sewajarnya. Soalnya ini berhubungan sama bidang yang gua pilih pas ada pengkaderan jurnalistik di kampus gua. Tadinya gua nggak kepikiran bakal terjun ke dunia ini. Niatnya cuma pengen belajar. Biar gak gaptek-gaptek amat, geto. Nggak enak juga, kan cakep-cakep tapi gaptek (beeeuuuu . . . preeetttt: #_#). Tapi dari situ gua bisa muasin diri gua sendiri. Misalnya, ngedit foto sendiri. Akhirnya gua jadi hobi ngedit foto. Walupun hasil editan gua nggak artistic banget. Tapinya lagi lumayan lah . . . yang penting, kan gua udah nyoba. Dari tadi kebanyakan yang penting, ye??? Eya, dong . . . gua, kan orang penting. Sekarang . . . coba lo hitung sudah berapa kata “yang penting” yang udah gua ketik??? (hahaha . . . nggak penting banget)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar